coret-coret

Sabit

Bukan puisi tentang Tuhan yang kutuliskan
Atau sajak-sajak senja saat surya pulang ke peraduan
Bukan pula luna yang menjelma jingga di sore bulan Ramadhan

Pena ini sedang menggores liar
Tentang sebentuk rupa yang menjadi bingar
Di dalam hati yang sungguh tak sedikitpun ada bunyi
Merasuk, mencipta keramaiannya sendiri
Kukira rembulan masih berdiam di singgasana
Menjadi sabit, tersenyum menyaksikan kita
Ternyata aku salah,
Sabit telah menjelma pada matamu
Melengkung, menyungging senyum

Apakah bagimu mudah?
Menyingkap semua menjadi lupa?
Dari malam-malam penuh cerita,
Atau sore-sore di teras balkon berkursi rendah
Apakah kopi bagimu tak jadi saksi?
Saat aku menyeduhnya sore tadi
Dan kau meneguknya tanpa bertanya
Apalagi rasa bersalah
Singgasana, 6 Mei 2019

Tinggalkan komentar